Pengorbanan setiap seorang ibu kepada anak-anakya memang sangat luar biasa dan tidak akan pernah ada habisnya. Bahkan mereka tak jarang melakukan sesuatu hal diluar dari kemampuannya ataupu tak lazim dilakukan oleh seorang wanita demi membahagian anak-anaknya.
Tapi banyak pengorbanan seorang ibu tersebut tidak disadari oleh anak-anaknya sehingga mereka memendam rasa dalam hati dan selalu memancarkan raut muka tegar serta senang meski perasaan mereka hancur ketika seorang anak tidak menghargai jerih payah sang ibu.
Disini saya kembali membagi sepenggalan kisah-kisah inspiratif pengorbanan seorang ibu kepadanya anak-anaknya. Meskipun sudah banyak yang mengetahui kisah-kisah inspiratif ini, tidak ada salahnya jika dbagikan kembali.
1. Seorang Ibu Mengorbankan Dirinya Demi Menyelamatkan Anaknya dari Kebakaran
Kisah ini adalah sebuah kisah heroik seorang ibu kepada anakyan dan rela mengorbankan dirinya sendiri demi masa depan sang anak. Kejadian ini memang sudah lama terjadi namun kisahnya tak akan lekang oleh waktu, kisah ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan dan pernah dipublikasikan secara besar-besaran lewat media cetak dan elektronik .
Kisah ini diawali dengan seorang pemuda bernama A Be ( nama samaran). A Be baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia bisa dibiliang sebagai anak yg cerdas, rajin dan cukup cool, setidaknya itu pendapat para wanita yang kenal dia. Meskipun dia baru bekerja pihak perusahaan sudah mempromosikan dirinya ke posisi manager dan gaji yang dia dapatkan pun lumayan.
A Be memiliki tipikal humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe-cewe jomblo. Bahkan putri pemiliki perusahaan tempat ia bekerja juga kesemsem dan menaruh perhatian khusus padanya. A Be bertepat tinggal tidak jauh dari kantornya, di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul-betul seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting.
Wanita buruk rupa tersebut tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Meskipun memiliki kecacatan pada tubuhnya sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rotinitas layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci dan lain-lain. Sang Ibu juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya tersebut, namun A Be sebagai pemuda yang normal dan tampan kurang begitu memperdulikan sang Ibu karena kodisi sang ibu yang cacat menyeramkan membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega bisnis yang datang kerumah A Be pasti akan bertanya siapa wanita cacat di rumahnya tersebut, tapi A Be selalu berbohong dan menutupi idintitas Ibunya dengan menjawab kalau wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A Be. Hal itu sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah dan pada suatu hari sang Ibu pun jatuh sakit cukup parah sehingga dia tidak kuat lagi untuk bangun dari ranjang. Karena sang Ibu tidak dapat melakukan pekerjaan rumah, A be pun mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja, hal ini membuat A be jadi uring-uringan di rumah.
Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil yang didalamnya berisi sebuah foto dan potongan koran usang. Foto yang didapatnya berukuran postcard dan dlihatnya lah seorang wanita cantik pada photo itu. Potongan koran usang yang juga ada di box tersebut memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.
Meski koran itu sudah usang, cukup untuk membuat A Be mengetahui siapa wanita cantik yang ada didalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Wanita itu adalah Ibu kandung A be, wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air matanya menetes keluar tanpa bisa dibendung, dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah Ibunya sembuh, A Be lansung mengajak sang Ibu untuk berjalan-jalan ke mall, walaupun menjadi pusat perhatian banyak orang.
2. Mengorbankan Karir Demi Kasih Sayang kepada Anak, Dikutip dari (Almh) Ibu Ainun Habibie
"Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya pikir : "buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?"
Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk pribadinya sendiri? Anak saya akan tidak memiliki ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak, seimbangkah orang tua kehilangan anak, dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja?
Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu."
- Jangan biarkan anak-anak mu hanya bersama pengasuh mereka. Bagaimana bila dibantu dg kakek neneknya?
~Sudah cukup rasanya membebani orangtua dengan mengurus kita sejak lahir sampai berumah tangga. Kapan lagi kita mau memberikan kesempatan kepada orangtua untuk penuh beribadah sepanjang waktu di hari tuanya.
Mudah-mudahan ini bisa jadi penyemangat dan jawaban untuk ibu-ibu berijazah yang rela berkorban demi keluarga dan anak-anaknya. Karena ingin Rumah Tangganya tetap terjaga dan anak-anak bisa tumbuh dengan penuh perhatian, tidak hanya dalam hal akademik, tapi juga untuk mendidik agamanya, karena itulah sejatinya peran orangtua.
Belajar dari kesuksesan orang-orang hebat, selalu ada pengorbanan dari orang-orang yang berada dibelakangnya, yang mungkin namanya tidak pernah tertulis dalam sejarah. Berbanggalah engkau sang Ibu Rumah Tangga, karena itulah pekerjaan seorang wanita yang paling mulia.
3. Calon Manajer yang Memiliki Ibu Tukang Cuci
Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir.
Direktur mengetahui bahwa dari CV-nya, si pemuda memiliki akademik yg baik. Kemudian dia bertanya" apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah ?" Kemudian si pemuda menjawab tidak.
"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"
"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"
"Dimana ibumu bekerja ?"
"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."
Si direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yg lembut dan halus.
"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"
"Tidak pernah, ibuku selalu ingin aku untuk belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."
Si direktur mengatakan "aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."
Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya ke anaknya.
Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Airmatanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka.Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.
Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju agar dirinya bisa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya.
Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakaian tersisa untuk ibunya,
Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.
Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur.
Si direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda.
Kemudian dia bertanya, " dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"
Si pemuda menjawab," saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya"
"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi.
Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga"
Si direktur menjawab,"inilah yg saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorang yg dapat mengapresiasi bantuan dari orng lain, seseorang yg mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya"
"Kamu diterima"
Seorang anak yang selalu dilindungi dan dibiasakan diberikan apapun yg mereka inginkan akan mengembangkan " mental ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas.
Dia akan tidak peduli dengan jerih payah orangtuanya. Apabila kita tipe orang tua seperti ini, apakah kita menunjukkan rasa cinta kita atau menghancurkan anak2 kita ?
Kamu dapat membiarkan anak2mu tinggal di rumah besar, makan makanan enak, les piano, menonton dari TV layar besar. Tetapi ketika kamu memotong rumput, biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka mencuci piring mereka dengan saudara2 mereka. Ini bukan masalah apakah kamu dapat memperkerjakan pembantu, tetapi ini karena kamu ingin mencintai mereka dengan benar. Kamu ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kayanya orangtua mereka, suatu hari nanti mereka akan menua, seperti ibu si pemuda.
Yang terpenting, anak2mu mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman mengalami kesulitan dan belajar kemampuan untuk bekerja dengan orang lain agar se gala sesuatu terselesaikan.
Semoga dengan ketiga kisah inspiratif pengorbanan seorang Ibu kepada anaknya ini kita dapat lebih menghargai dan menyayangi Ibu kita. Karena apapun yang sedang dilakukan oleh Ibu kita tujuannya hanya satu, untuk membuat anak-anaknya bahagia dan masa depannya terjamin.